Bagi pemilik startup atau perusahaan berbasis teknologi, tentu tidak asing dengan istilah burn rate. Burn rate adalah istilah yang dipakai untuk mengukur keberlangsungan perusahaan startup sebelum mendapatkan keuntungan.
Di artikel ini, kita akan menggali lebih jauh mengenai burn rate, mulai dari definisi, cara menghitungnya, dan mengapa penting untuk diterapkan. Mari, simak!
Definisi Burn Rate
Dalam dunia startup, burn rate adalah bentuk perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan rintisan untuk memperkirakan cash flow negatif yang dikeluarkan selama tahap awal (early stage).
Tidak mengherankan jika burn rate sering dimasukkan ke dalam laporan keuangan perusahaan startup. Namun, pencatatannya hanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu saja, misalnya satu atau dua bulan.
Pentingnya Burn Rate dalam Startup
Dari penjelasan sebelumnya, diketahui bahwa burn rate bisa dimanfaatkan untuk mengetahui kesiapan dan keberlangsungan perusahaan rintisan. Namun, dari sisi investor, burn rate bisa dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui kemampuan perusahaan startup dalam memberikan imbal hasil.
Selain itu, ada keuntungan lain dari penerapan burn rate di perusahaan startup, seperti:
- Memperkirakan perubahan modal
- Mengontrol pengeluaran
- Memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk berkembang
- Mengetahui kelayakan bisnis
Dengan adanya burn rate ini, perusahaan rintisan jadi bisa mengendalikan keuangan mereka dengan tepat dan mengambil solusi terbaik jika ditemukan adanya kinerja keuangan yang buruk ke depannya.
Jadi, masih pentingkah menerapkan burn rate di perusahaan rintisan? Jawabnya, tentu saja iya!
Cara Menghitung Burn Rate
Sebelum mengetahui cara menghitungnya, perlu diketahui bahwa burn rate terbagi menjadi dua, yaitu gross burn rate dan net burn rate. Kedua jenis burn rate ini memiliki cara perhitungan yang berbeda.
1. Gross burn rate
Gross burn rate adalah cara menghitung pengeluaran perusahaan untuk kegiatan operasional, seperti sewa kantor, biaya produksi, biaya pemasaran, biaya administrasi, gaji karyawan, dan lain sebagainya.
Untuk menghitungnya, Anda bisa menggunakan rumus berikut:
Gross burn rate (GBR) = Kas perusahaan : Total biaya operasional per bulan
Contoh perhitungan:
Perusahaan rintisan ABC memiliki kas sebesar Rp100.000.000. Setelah didata, uang kas tersebut digunakan untuk menunjang operasional perusahaan yang besarnya sekitar Rp50.000.000 per bulan.
Adapun detail biaya operasionalnya meliputi:
- Sewa kantor atau gedung: Rp20.000.000
- Biaya produksi: Rp10.000.000
- Biaya administrasi: Rp5.000.000
- Gaji karyawan: Rp15.000.000
GBR = Rp100.000.000 : Rp50.000.000 = 2
Dari perhitungan di atas, diperoleh gross burn rate sebesar 2, yang artinya perusahaan rintisan hanya memiliki waktu selama dua bulan ke depan sebelum uang kas perusahaan habis.
2. Net burn rate
Jika GBR digunakan untuk menghitung pengeluaran perusahaan, maka net burn rate dipakai untuk mengetahui seberapa cepat perusahaan menghabiskan uangnya. Melalui perhitungan ini pula perusahaan rintisan jadi bisa memprediksi uang yang dibutuhkan untuk menjalankan operasionalnya dalam jangka waktu tertentu.
Rumus menghitung net burn rate:
Net burn rate (NBR) = Total pendapatan : Total kerugian operasional per bulan
Contoh perhitungan:
Perusahaan rintisan XYZ mencatatkan total pendapatan sebesar Rp100.000.000 per bulan. Sementara itu, total biaya operasional yang harus dikeluarkan selama satu bulan sebesar Rp150.000.000 juta, yang artinya perusahaan tersebut mengalami cash flow negatif sebesar Rp50.000.000.
Berikut perhitungan NBR-nya:
NBR = Rp100.000.000 : Rp50.000.000 = 2
Hasil perhitungan NBR-nya adalah 2. Artinya, perusahaan rintisan XYZ hanya memiliki jangka waktu dua bulan sebelum dana operasional mereka habis.
Kesimpulannya adalah burn rate bisa dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui cepat atau lambatnya perusahaan menggunakan modal awalnya. Di sisi lain, burn rate juga bisa dijadikan pertimbangan bagi manajemen dan investor dalam mengambil keputusan yang strategis.
Melihat fungsinya tadi, sudah sepantasnya bagi perusahaan rintisan (startup) untuk mulai menghitung burn rate-nya masing-masing, terlebih bagi startup yang masih di tahap awal (early stage).