Hebat! Perkembangan Pesat Dua Startup Alumni SSI

Tahun 2023 ini, program Startup Studio Indonesia telah memasuki batch ke-6. Sejak dilaksanakan pertama kal i pada September 2020, program hasil inisiasi dari Kominfo ini sudah meluluskan sekitar 65 alumni yang sukses scale up dan mengembangkan usahanya, entah dengan mendapatkan pendanaan dari investor hingga memperluas jaringan operasional.  

Perlu diketahui, Startup Studio Indonesia (SSI) merupakan program intensif yang dikhususkan untuk para perusahaan rintisan (startup) pemula. Tujuan dilaksanakannya program tersebut adalah untuk mendampingi dan membina perusahaan rintisan yang sedang berada pada tahap awal (early stage) agar dapat menemukan product-market fit yang optimal. 

Untuk bisa mencapai hal tersebut, SSI akan membekali perusahaan startup dengan berbagai sesi pelatihan eksklusif, mulai dari founders camp, pelatihan one-on-one dengan praktisi berpengalaman, hingga milestone day, di mana setiap perusahaan rintisan harus mempresentasikan profil bisnis dan pencapaiannya selama mengikuti program tersebut. 

Data Alumni Startup Studio Indonesia (SSI) yang Mendapatkan Pendanaan  

Perusahaan rintisan yang sudah lulus dari program SSI langsung mendapatkan pendanaan tahap awal. Angka pendanaan tersebut berkisar antara 13-40 persen di setiap batch-nya. 

Jika ditotal per Desember 2022, dana yang mengalir ke alumni SSI sudah mencapai Rp392,1 miliar. 

Dua perusahaan yang berkembang pesat usai mengikuti program SSI adalah Broom dan Surplus Indonesia. Selain sukses membawa materi pelatihan dan mempraktikkannya untuk pengembangan bisnis, kedua perusahaan tersebut pun mendapatkan pendanaan awal yang besar.  

Surplus Indonesia adalah perusahaan rintisan yang mendapatkan pendanaan tahap awal dari Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) Ventures. Sementara itu, Broom memperoleh pendanaan Pra Seri-A senilai 10 juta dolar AS atau setara Rp155 miliar. 

Perjalanan Startup Broom dan Surplus Indonesia sebagai Alumni SSI 

Broom merupakan satu dari sekian banyak alumni SSI yang langsung mengalami pertumbuhan pesat usai mengikuti program Startup Studio Indonesia. 

Sebagai alumni SSI angkatan ke-5, Broom berhasil menorehkan pertumbuhan pesat dengan meraih pendanaan tahap awal Seri A sebesar US$10 juta. Pendanaan tersebut digunakan Broom untuk mengembangkan bisnisnya. 

Broom sendiri adalah platform digital untuk ekosistem mobil bekas di mana pemilik showroom dapat menjual inventori mobil kepada Broom dan menggunakan dananya untuk keperluan bisnis lain.  

Menariknya, Broom menawarkan program buyback yang memungkinkan pemilik showroom mobil dapat membeli kembali kendaraan yang sudah dijual kepada Broom apabila sudah memasuki tanggal jatuh tempo. 

Perusahaan rintisan lain yang juga sukses berkembang usai mengikuti program Startup Studio Indonesia adalah Surplus Indonesia. Surplus Indonesia merupakan aplikasi yang diciptakan untuk mengatasi food loss dan food waste. Dengan adanya aplikasi ini, hotel maupun restoran dapat menjual makan yang mereka sajikan dengan harga yang lebih murah.  

Makanan yang dijual di aplikasi ini tentunya memiliki kualitas yang baik dan masih layak untuk dikonsumsi. Agar lebih maksimal dalam menyelesaikan masalah food loss dan food waste di Indonesia, aplikasi Surplus ini bahkan sampai menjalin kerja sama dengan sejumlah pelaku usaha, seperti hotel, kafe, dan restoran. 

Selain itu, jangkauan operasi Surplus pun sudah meluas ke beberapa daerah, seperti Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Bali, dengan total pengguna aktif yang mencapai 10 ribu pengguna. 

Alumni SSI lain yang Mencetak Prestasi Membanggakan 

Di samping Surplus Indonesia dan Broom, ada banyak pula alumni Startup Studio Indonesia di berbagai batch yang mencetak prestasi membanggakan.  

Ambil contoh, tercatat setidaknya 11 alumni SSI angkatan 3 yang berhasil meningkatkan pendapatan perusahaan hingga lebih dari 150 persen dan hampir semua perusahaan tersebut telah mencapai revenue Rp1-10 miliar.  

Bukan hanya itu, tercatat juga pertumbuhan bisnis hingga hampir menyentuh 800 persen untuk perusahaan rintisan yang bergerak di bidang Business-to-Business (B2B) dan 107,2 persen untuk perusahaan rintisan yang bergerak di bidang Business-to-Customer (B2C). 

Share

Related Article

brd

Apa Saja Konten dari Business Requirement Document?

Keberhasilan suatu proyek sangat bergantung pada perencanaan dan pemahaman tentang apa yang ingin dicapai. Untuk alasan inilah, business requirement document atau BRD dibutuhkan.  Business Requirement

value stream mapping

Fungsi Value Stream Mapping dalam Manajemen Produksi

Efisiensi produksi tidak mungkin bisa dicapai tanpa mengetahui di mana titik permasalahan dan pemborosan itu terjadi. Untuk mengidentifikasinya, Anda membutuhkan alat yang tepat. Inilah saat

Program intensif yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk memberdayakan early-stage startup, berfokus pada akselerasi produk dan tim, validasi strategi growth marketing, assisting technology development, dan business skill.

© Startup Studio Indonesia 2021

Sebuah program dari: