Adopsi teknologi kini bisa dijumpai di hampir semua lini. Dalam dunia bisnis, baik bisnis skala besar maupun skala kecil kini juga banyak yang berekspansi ke ranah digital. Namun, dibalik keunggulan kompetitif yang dimiliki, teknologi juga rentan terhadap beberapa masalah. Di sinilah pentingnya disaster recovery plan sebagai langkah penanganan permasalahan yang mungkin bisa terjadi.
Apa Itu Disaster Recovery Plan?
Disaster recovery plan (DRP) merupakan sistem perencanaan untuk merespons insiden yang tidak terduga, seperti bencana alam, serangan cyber, pemadaman listrik ataupun insiden lain.
Disaster recovery plan berisi petunjuk tentang strategi apa yang perlu dilakukan untuk meminimalisir efek insiden. Dengan demikian, perusahaan bisa tetap melanjutkan operasional bisnisnya.
Tipe-Tipe Disaster Recovery Plan
Secara umum, disaster recovery plan dapat dibagi menjadi 4 tipe. Berikut keempat tipe tersebut.
1. Virtualized
Tipe disaster recovery plan yang satu ini memanfaatkan metode virtualisasi dalam menjalankan proses pemulihan. Melalui sistem pemulihan virtual, tindakan penyelamatan dapat dilakukan tanpa harus menunggu server fisik menyelesaikan tugasnya.
2. Network
Network disaster recovery plan berfokus pada pemulihan jaringan. Tipe DPR yang satu ini muncul dengan asumsi bahwa menyelamatkan jaringan perusahaan saat terjadi bencana juga penting.
Network disaster recovery plan menjadi semakin rumit karena kompleksitas jaringan yang terus berkembang. Untuk itu, prosedur pemulihannya harus dirinci dan diuji dengan benar dan terus diperbaharui.
3. Cloud
Dari beberapa tipe disaster recovery plan, mungkin tipe cloud inilah yang paling praktis. Mitigasi bencana dilakukan dengan memanfaatkan teknologi cloud storage yang dikelola oleh penyedia layanan dari pihak ketiga.
Melalui cloud disaster recovery plan, perusahaan tidak perlu membangun pusat data ataupun mempekerjakan tenaga ahli sendiri. Semua sudah ditangani oleh pihak ketiga. Namun, karena alasan ini jugalah, perusahaan harus tahu lokasi server fisik penyedia layanan dan memastikan bahwa penyedia layanan yang dipilih memiliki kompetensi yang dibutuhkan.
4. Data Center
Data center disaster recovery plan berfokus pada infrastruktur pusat data. Tingkat pemulihan tipe DPR yang satu ini juga terbilang cepat. Data bahkan bisa diakses segera setelah data center cadangan aktif. Dalam membuat data center disaster recovery plan, analisis komponen data center seperti lokasi gedung, keamanan, sistem, dan perlindungan daya harus diperhatikan.
Hal Penting yang Harus Diperhatikan dalam Membuat Disaster Recovery Plan
Untuk membuat disaster recovery plan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Berikut langkah-langkahnya.
1. Menentukan risiko
Apa saja risiko yang bisa terjadi? Apa dampaknya bagi perusahaan? Penilaian risiko membantu perusahaan untuk membuat disaster recovery plan yang paling tepat serta menentukan mana yang paling penting agar operasional tetap bisa berjalan.
2. Mengevaluasi kebutuhan
Evaluasi kebutuhan utama dari setiap departemen harus dilakukan. Hal ini berguna untuk menetapkan prioritas operasi penanganan bencana. Selain itu, rincian terkait semua prosedur keamanan juga perlu dibuat dan disetujui oleh setiap departemen.
3. Tetapkan tujuan
Untuk kelangsungan bisnis, apa saja operasi mission-critical yang perlu dilakukan? Berangkat dari sini, perusahaan bisa menentukan data, peralatan, aplikasi hingga akses pengguna untuk mendukung fungsi tersebut serta menentukan tujuan waktu pemulihan dari setiap fungsi.
4. Menguji dan merevisi
Disaster recovery plan perlu diuji berdasarkan kriteria tertentu. Hal ini dilakukan untuk memastikan prosedur dan fasilitas yang ada mampu memenuhi fungsinya sebagai sistem cadangan. Jika memang ada yang perlu diperbaiki, segera lakukan revisi.Bencana dan insiden memang tidak bisa diprediksi kapan dan sejauh mana dampak yang bisa ditimbulkan. Namun, dengan disaster recovery plan, skenario terburuk bisa saja dihindari. Operasional perusahaan juga bisa tetap berjalan.