Validated learning merupakan salah satu prinsip penting dalam metode lean startup. Untuk membantu mengembangkan startup dengan cara yang lebih efektif, Anda tidak bisa hanya mengandalkan sebuah asumsi.
Pengembangan produk harus dilakukan berdasarkan data yang dihimpun dari pengguna yang sesungguhnya. Untuk itulah, dibutuhkan pemahaman yang baik tentang bagaimana validated learning bisa memberikan keuntungan bagi sebuah startup.
Apa Itu Validated Learning?
Istilah validated learningtidakdapat dilepaskan dari proses pengembangan startup yang penuh ketidakpastian. Saat membuat sebuah produk dan merilisnya ke publik, tidak ada jaminan bahwa produk tersebut akan digunakan dan mendapat respons positif dari user.
Founder dan tim hanya mengandalkan hipotesis dan asumsi. Karena pengembangan produk dilakukan dalam kondisi seperti ini, merilisnya setelah sempurna justru berisiko dan membuang-buang waktu, tenaga dan materi.
Berangkat dari sini, validated learning dapat diartikan sebagai sebuah proses pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan ilmiah untuk setiap fitur produk hingga kampanye pemasaran yang dilakukan. Harapannya dengan melakukan validasi, efisiensi dapat diperoleh.
Konsep Validated Learning dalam Lean Startup
Konsep validated learning sendiri tidak terlepas dari konsep lean startup. Mengembangkan startup pada dasarnya adalah sebuah proses pembelajaran. Adapun validated learning secara umum dibagi menjadi 3 tahap:
- Menghasilkan sebuah hipotesis: apa pertanyaan yang ingin dijawab untuk mencapai tujuan startup tersebut?
- Membangun produk: mulailah dengan membangun prototipe yang dapat menghasilkan respons target pengguna secara cepat.
- Membuktikan asumsi: lakukan pengukuran dan kumpulkan umpan balik dari respons pengguna terhadap tujuan awal.
Dalam setiap langkahnya, ada pembelajaran baru yang selalu dapat diambil. Tujuan dari validated learning adalah untuk meminimalisir usaha sebelum membuat sebuah produk yang bisa saja tidak diinginkan oleh siapapun. Dengan terus memvalidasi apa yang paling penting bagi pelanggan, startup akan lebih mungkin menunjukkan kemajuan.
Inilah ide dasar dari konsep validated learning. Karena setiap langkah divalidasi, startup dapat terhindar dari pembuatan fitur yang tidak diinginkan atau tidak dibutuhkan oleh pelanggan.
Cara Kerja Validated Learning
Dalam validated learning, setiap ide yang akan diambil sebagai sebuah kebijakan harus divalidasi terlebih dahulu. Apakah itu penambahan fitur atau kampanye pemasaran yang baru, semua harus melalui proses tersebut. Untuk itulah, digunakan prototipe sebagai “kelinci percobaan”.
Tujuan utama pengembangan prototipe adalah mengoptimalkan kecepatan untuk meluncurkan produk ke pasar. Respons pengguna terhadap prototipe tersebut dicatat. Data-data pengujian yang terkumpul kemudian dianalisis. Dari hasil analisis inilah, keputusan untuk menindaklanjuti atau menghentikan pengembangan prototipe nantinya diambil. Adapun beberapa karakteristik umum adalah sebagai berikut:
- Sederhana dan “to-the-point”;
- Iterasi yang cepat yaitu 2 minggu sampai 1 bulan;
- Memiliki keluaran yang terfokus yaitu untuk menguji asumsi;
- Menitikberatkan fitur dari produk.
Validated learning adalah sebuah proses yang bermula dari hipotesis, eksperimen dan berlanjut ke analisis data untuk mengevaluasi hipotesis. Proses ini terus berputar. Data yang didapat selama prosesnya menunjukkan apa yang telah Anda pelajari. Melalui data ini jugalah, benar atau tidaknya sebuah hipotesis akan terkonfirmasi.
Pentingnya Validated Learning dalam Mengembangkan Startup
Mengembangkan startup memang bukan perkara yang mudah. Ada begitu banyak ketidaktahuan dalam prosesnya. Apakah produk yang dibuat akan diterima dan menghasilkan revenue?
Semua itu tidak bisa dipastikan sebelum produk tersebut dirilis dan mendapat respons dari penggunanya. Ketidakpastian seperti ini harus diimbangi dengan metode pengembangan startup yang sesuai. Di sinilah peran validated learning dalam mengantisipasi ketidakpastian dan ketidaktahuan melalui pendekatan berbasis data dan pembelajaran yang berkelanjutan.Validated learning juga dapat membantu founder dan tim untuk memperpendek proses pengembangan produk dengan cara mengeliminasi pengembangan fitur yang telah terkonfirmasi tidak dibutuhkan atau diinginkan oleh user. Proses pengembangan produk yang lebih pendek juga berarti efisiensi budget. Founder dan tim juga bisa lebih fokus pada hal-hal yang memang dibutuhkan oleh pengguna.