Product-market fit merupakan konsep paling penting dalam perkembangan sebuah startup. Biasanya, product-market fit menjadi objektif tahap awal sebuah startup. Menemukan market yang tepat untuk produk yang dikembangkan, itulah goal dari product-market fit. Untuk membantu menemukan market yang tepat inilah, penting bagi founder startup untuk memahami product market fit pyramid.
Jika digambarkan, product market fit pyramid terbagi menjadi dua bagian, yakni produk (value proposition, feature set dan UX) dan pasar (target customer dan underserved needs). Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan tahapan product market fit pyramid.
1. Target Customer
Siapa target customer yang ingin Anda incar? Saat memulai bisnis startup, Anda memang bisa memulainya dari mana saja. Namun dengan memulainya dari target customer, peluang untuk sukses relatif lebih besar. Itulah kenapa target customer menjadi komponen pertama dalam product market fit pyramid.
Anda bisa menggunakan segmentasi pasar untuk menentukan target customer secara lebih spesifik. Misalnya apakah target pasar Anda masuk dalam kelas ekonomi menengah ke atas atau menengah ke bawah, nantinya hal tersebut akan banyak membantu dalam strategi pengembangan startup.
2. Underserved Needs
Setelah menentukan target customer, selanjutnya pahami apa yang mereka butuhkan dan apa yang bisa Anda lakukan untuk menjawab kebutuhan tersebut. Perlu diingat, bisnis pada dasarnya adalah memberi solusi kepada banyak orang.
Jika produk yang Anda kembangkan tidak menyelesaikan masalah yang nyata, tidak akan ada orang yang mau menggunakannya. Nilai manfaat adalah hal paling mendasar dalam mengembangkan sebuah produk. Saat mengembangkan sebuah startup, pastikan untuk selalu mengingatnya.
3. Value Proposition
Bagaimana produk Anda memenuhi kebutuhan pengguna dengan cara yang berbeda dari produk-produk lain yang sudah ada, itulah value proposition. Makna value proposition ini mirip seperti diferensiasi. Meski demikian, hal ini tidak hanya bisa diartikan dengan membuat produk yang sama sekali berbeda dengan produk-produk yang sudah ada.
Inti value proposition adalah fokus untuk menjadi lebih baik. Meski solusi yang Anda tawarkan mirip dengan kompetitor, jika bisa membuatnya lebih baik, entah itu lebih baik dari segi kemudahan atau harga, orang pasti akan melirik.
4. Feature Set
Fitur apa saja yang akan Anda hadirkan dalam produk yang dibuat? Sebelum mulai mengembangkan sebuah produk, pastikan untuk menentukan fitur set untuk MVP (Minimum Viable Product) terlebih dahulu. Saat menentukan fitur set, fokus saja pada nilai-nilai yang paling fundamental, yakni fitur yang benar-benar dibutuhkan dan diinginkan oleh pelanggan.
Jangan menghabiskan terlalu banyak waktu pada fitur yang belum tentu dibutuhkan atau justru tidak dibutuhkan oleh pengguna. Selain membuang-buang waktu, hal tersebut juga hanya akan menghabiskan sumber daya yang ada.
5. UX
Setelah menentukan feature set, tahap berikutnya adalah merealisasikan set fitur tersebut menjadi MVP (Minimum Viable Product). Dalam membuat MVP, Anda tidak harus membuatnya layaknya produk final. Fokus utama di sini adalah membuat produk awal dengan fitur-fitur paling fundamental. Meski sederhana, MVP harus sudah bisa memberikan user experience yang sesuai dengan value proposition. Setelah MVP selesai dibuat, pastikan untuk mengujicobakannya pada pengguna. Untuk menjamin keberlangsungan bisnis startup, Anda harus bisa mencetak penjualan atau keuntungan. Namun jika tidak ada yang mau membayar untuk produk yang Anda kembangkan, hal tersebut jelas tidak mungkin bisa diwujudkan. Di sinilah peran penting product market fit. Dengan mencapai product market fit, kelangsungan startup akan lebih terjamin.