Mengukur nilai sebuah perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa aspek, salah satunya dengan enterprise value (EV). Lalu, apa yang dimaksud dengan enterprise value dan bagaimana cara menghitungnya? Untuk tahu jawabnya, mari simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Pengertian enterprise value (EV)
Enterprise value atau biasa disingkat EV adalah nilai tolak ukur sebuah perusahaan. Nilai ini biasanya digunakan oleh para investor untuk menilai seberapa besar kapitalisasi dari sebuah perusahaan.
Bukan cuma itu, nilai ini juga bisa dijadikan sebagai metrik yang valid untuk investor yang ingin melakukan pengambilalihan (akuisisi) sebuah perusahaan.
EV tidak hanya memperlihatkan nilai kapitalisasi pasar, tapi juga nilai lain, termasuk nilai total utang perusahaan dan kas yang dimilikinya. Inilah yang membuat enterprise value menjadi penilaian paling efektif dan lengkap dibandingkan dengan price earnings ratio (PER).
Komponen-komponen yang bisa mempengaruhi enterprise value
Sebagai salah satu aspek penting dalam menilai sebuah perusahaan, enterprise value memiliki beberapa komponen yang bisa mempengaruhi nilainya. Komponen-komponen yang bisa mempengaruhi nilai EV meliputi:
1. Nilai ekuitas (equity value)
Salah satu komponen utama yang bisa membawa pengaruh terhadap nilai total EV secara signifikan adalah equity value (nilai ekuitas). Equity value ini diperoleh dengan mengalikan jumlah saham yang sudah dicairkan dengan harga pasar sahamnya.
Nilai saham yang sudah dicairkan meliputi opsi in-the-money, waran, dan sekuritas yang dapat dikonversi.
2. Total utang
Komponen yang bisa mempengaruhi nilai EV berikutnya adalah total utang. Utang ini berasal dari nominal kredit yang diperoleh dari bank maupun penyedia utang lain. Total utang biasanya berisi tanggungan perusahaan dalam membayar bunga, baik itu bunga dari utang jangka panjang maupun pendek.
Dan, jika terjadi pengakuisisian, maka pihak yang mengakuisisi (dalam hal ini perusahaan) wajib membayar sebagian utang dengan kas yang dimiliki.
3. Saham preferen
Komponen lainnya adalah saham preferen. Saham preferen memiliki karakteristik yang mirip seperti utang. Itu sebabnya, komponen satu ini sering kali diperlakukan selayaknya utang, karena dapat digunakan untuk membayar dividen tetap.
Jika nantinya terjadi akuisisi, pihak yang melakukan akuisisi harus membayar kembali saham preferen. Hal ini karena dianggap sama seperti utang.
4. Kepentingan non-pengendali (minoritas)
Kepentingan non-pengendali (KNP) adalah bagian ekuitas pemegang saham minoritas pada anak perusahaan yang sudah dikonsolidasikan oleh perusahaan induk (pengendali), namun tidak sepenuhnya dimiliki oleh perusahaan induk.
Dalam perhitungan enterprise value, meski tidak memiliki bisnis sepenuhnya, perusahaan induk tetap memasukkan 100 persen pendapatan, pengeluaran, dan arus kas mereka. Dengan memasukkan KNP, nilai total anak perusahaan bisa terlihat dalam nilai enterprise value.
Manfaat enterprise value dan rumus menghitungnya
Berikut adalah sejumlah manfaat enterprise value (EV) bagi perusahaan:
- Menentukan nilai akuisisi
- Mengetahui jumlah kas
- Menilai kinerja perusahaan
- Meminimalisir risiko dan potensi buruk di pasar
Setelah mengetahui manfaat dari enterprise value, sekarang saatnya Anda memahami rumus menghitungnya. Secara umum, ada dua rumus untuk menghitung enterprise value (EV) yang populer digunakan, yaitu:
Rumus 1
EV = kapitalisasi pasar + nilai pasar uang – kas & setara kas
Rumus 2
EV = saham preferen + bunga minoritas + saham biasa + total nilai dari pasar utang – kas & setara kas
Pada dasarnya, perhitungan nilai EV juga bisa dilakukan dengan menghitung jumlah aset atau kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Hanya saja, hal tersebut merepotkan karena harus mengukur seluruh nilai market atas setiap aset perusahaan. Itulah mengapa, kebanyakan pebisnis atau investor lebih cenderung memantau bagaimana cara aset tersebut dibayar oleh perusahaan.
Demikianlah ulasan lengkap mengenai enterprise value. Semoga ulasan di atas bisa membantu Anda dalam memahami enterprise value.